Alasan aku benci jarang pulang adalah tidak akan ada penampung cerita sedih apa senang. Aku bukan orang yang mudah terbuka dengan orang. Secerewetnya aku, aku jarang cerita masalah yang sangat pribadi : kesedihan, percintaan, dan kegagalan. Bukan karena belum nemu yang tepat tapi emang susah percaya dan nggak mau merepotkan orang. Aku tahu kadang mereka hanya mendengar tanpa benar-benar mendengar (tidak semua tapi). Kadang mereka memberikan kata penyemangat. Ntah aku terlalu bosen mendengar kata itu. Bukan apa-apa. Kadang kata penyemangatnya tidak sejalan dengan kata hatiku. Tapi aku senang saat lelah bercerita (walau tak semua). Senang didengarkan saja. Aku lebih sering butuh pendengar bukan penyemangat. Namun, tak pernah senyaman keluarga, walau aku nggak blak-blakan juga tapi lebih lega saja.
Lelah juga sih, apa-apa dipikir sendiri. Apa-apa dipendam sendiri. Paling nyampah di socmed gakjelas. Aku hanya takut semuanya akan menjadi penyakit. Semuanya hanya akan menjadi kekesalan yang tak berujung. Ya, semoga aja semuanya baik-baik saja.
Maaf aku bukan pendengar dan penasehat yang baik. Kadang aku terlalu pusing memikirkan masalahku sampai aku menganggap semua masalah orang lain biasa aja. Maaf, aku kadang memberi saran yang itu-itu aja "let it go". Ya, karena itu solusi terbaik saat masalah aku datang. Mencoba tenang dan memberi semangat pada diri sendiri. That's why semangat dari luar tidak terlalu tertanggapi. Maafkan. Aku hanya manusia biasa yang selalu rindu rumah dan menyimpannya rapat. Aku hanya melakukan apa yang terbaik dan menurut kalian mungkin biasa aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Write your words ^^