Minggu, 17 Februari 2013

First Love, I think



Just read a book 'bout first love. And I challenged write story about my first love. Guess who?
Yah, aku anak ingusan yang beranjak remaja. Ternyata masa kanak-kanakku berlalu begitu cepat. Kini aku duduk di bangku SMP. Cukup keren menurutku. Aku sudah mengganti rok merah-kesempitan-menyebalkan-ku dengan rok biru tua yang sama sempit-menyebalkan.
Aku mengenalmu dari dulu. Dari kamu masih pendiem sampai kamu sekeren dan setampan sekarang.
Aku mengenalmu dari kamu bau opol sampai bau parfum wangimu. Aku mengenal saat yang kita ketahui cuma nama satu sama lain. Entah apa yang kita lalui bertahun-tahun hampir tidak ada kecuali nama. Sampai kita bisa sejauh ini.
Kamu pendiem? Semua orang tahu. Kamu ganteng? Aku belum mengakuinya saat itu. Tapi sekarang mulut ini mengangga melihat betapa kau jauh berbeda dengan cowok-pendiam-dan-opolan itu.
Aku menyukaimu dari caramu tertawa. Dari caramu merapikan rambut. Dari caramu tersenyum. Dari kelakuan konyolmu. Caramu memainkan alat musik itu yang membuatku makin tergila-gila.
Masih ingatkah kamu dengan lagu yang kamu nyanyikan dulu padaku? Yah, bukan lagu romantis memang. Tapi itu cukup membuatku melayang. Sadarkah kamu membuatku semakin terpesona.
Aku menyukai caramu membelaku dihadapan teman-teman saat mereka menggolok-oloki ku. Kamu menjelma superman seketika. Tahu kah kamu aku tak terlalu memperdulikan kebaikan tulusmu. Aku terlalu egois memikirkan betapa sakit hatinya aku saat itu. Ah, aku lupa mengucapkan terima kasih atas kerendahan hatimu.
Aku menyukai guyonanmu yang terkadang lucu dan agak 'saru'.
Tahukah kamu aku bergelonjak senang saat kita bersama? Sadar atau tidak kita sering bersama. Saat detik melaju begitu saja. Saat waktu dengan teganya harus memisahkan kita. Kadang aku memasang wajah cemberut saat harus melambaikan tangan untuk berpisah denganmu. Sadarkah?
Ingatkah kamu? Saat kita chattingan sampai tengah malam membahas yang tidak-tidak. Dan disitulah kamu menggirim sebuah kata-kata surga dan akhirnya membawaku neraka.
Kamu terlalu populer untukku puja. Terlalu banyak gosip yang membuatku semakin tak berdaya. Intensitas kita yang semakin mengendor. Jiwa kita yang mulai egois untuk berbagi keluh kesah. Dan akhirnya menghilang begitu saja. Tidak dengan kehidupanku kamu masih menjadi bagian terpenting itu.
Hingga pagi itu petir begitu saja mampir ke telingaku. Kamu sudah tidak sendiri lagi. Kamu sudah mengempaskan hatimu dengan seseorang perempuan yang akui sangat cocok denganmu. Dia cantik, pintar, dan populer bukankah itu sangat pas bersanding denganmu bukan?
Tahukah kamu hatiku remuk saat itu. Aku harus sebisa mungkin mengulum senyum saat tahu kabar itu. Aku harus mengalihkan tatapanku saat melihatmu dengannya. Aku harus bersifat normal tanpa ada rasa sakit yang sangat dalam.
Kuputar sebuah lagu kenangan itu yang berarti aku merindukanmu. Aku merindukanmu. Dengan lagu ini pula memori dan sederet film mini kita dimulai. Dengan lagu itu pula aku tersenyum mengenang semuanya. Dengan lagu itu aku merasa semakin dekat denganmu.
Teruntuk kamu yang pernah spesial dihatiku. Terima kasih telah mengisinya. Aku senang meski aku belum sempat mengatakan semuanya. Aku seneng kita deket seperti itu. Aku masih sempat merindukanmu. Yah, aku kembali memutar lagu itu saat merindukanmu.
Sekarang aku memutarnya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Write your words ^^