Rindu itu egois karena obatnya harus ketemu.
Tapi, ada yang lebih sakit dari merindu tapi tak berani untuk bersapa.
Merindu tanpa berani mulai menatap.
Tak ada yang lebih sakit dari rindu sang pemuja rahasia.
Melihat barisan giginya saat tersenyum sudah senang.
Mendengar tawa riangnya pun sudah berbunga-bunga.
Mengirup udara yang sama pun sudah lonjak-lonjak kegirangan.
Menginjak bumi yang sama pun sebuah kenikmatan tersendiri.
Mengelitik menjalar seluruh tubuh tapi harus tetap menginjak tanah.
Kamu tahu kenapa rindu itu nikmat?
Karena pada ujungnya pikiranku kamu sabotase.
Berisi kenangan yang sebenarnya hanya angan-angan.
Berkumpul dan berderu di dada.
Sakit namun nikmat.
Sesakit apapun aku suka merindukanmu.
Tenggelam dalam khayalan bila menjumpaimu.
Ah, sayang aku hanya bisa melepas rindu dari sini.
Dari sebrang jalan yang tak pernah kamu tengok.
Dari tepi jembatan yang hanya kamu lalui.
Karena bagimu aku adalah ilusi.
Atau sebenarnya aku yang terlalu berilusi.
Sayang, sesakit rindu ini akan selalu kunantikan.
Aku senang perasaan rindu itu datang.
Karena berarti namamu masih terselip diantara kedua bibirku.
Sayang dengarkan aku.
Yah, aku sedang merindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Write your words ^^